Rabu, 11 Mei 2011

AL-GHAZALI

Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali
Cendekiawan Islam
Zaman Kegemilangan Islam

Nama:    Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad al-Thusi al-Ghozali al-Syafi’i
Gelaran:    Syaraful A'immah, Zainuddin, Hujjatul Islam
Lahir:    1058 M atau 450 H

Wafat:    1111 M atau 505 H

Mazhab:    Syafi’i
Etnik:    Persia
Rantau:    Persia
Bidang:    Teologi, filsafat, astronomi, politik, sejarah, ekonomi, hukum, kedokteran, biologi, kimia, sastra, etika, musik, maupun sufisme.
Pengaruh:    Fakhruddin al-Razi, Moses Maimonides, Thomas Aquinas, Ramón Martí, Nicholas Autrecourt, Shah Waliullah, Abdul-Qader Bedil

Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad al-Thusi al-Ghozali al-Syafi’I merupakan seorang pemikir yang multi talenta yang banyak menyumbangkan pemikirannya dalam ilmu teologi, filsafat, astronomi, politik, sejarah, ekonomi, hukum, kedokteran, biologi, kimia, sastra, etika, musik, maupun sufisme. Dia adalah teolog Islam, ahli hukum, ahli filsafat, kosmologi, psikolog, maupun biologi.Dia dilahirkan di Tus, Provinsi Khorasan, Persia dan hidup antara tahun 1058 hingga 1111.Nama Abu Hamid diambil karena salah seorang anaknya bernama Hamid.Gelar beliau al-Ghazali ath-Thusi berkaitan dengan ayahnya yang bekerja sebagai pemintal bulu kambing dan tempat kelahirannya yaitu Ghazalah di Bandar Thus, Khurasan, Persia (Iran).Sedangkan gelar asy-Syafi'i menunjukkan bahwa beliau bermazhab Syafi'i.Ia berasal dari keluarga yang miskin. Ayahnya mempunyai cita-cita yang tinggi yaitu ingin anaknya menjadi orang alim dan saleh.Al Ghazali yang sering disebut juga Algazel merupakan salah satu sarjana yang paling terkenal dalam sejarah pemikiran Islam Sunni.Dia dianggap sebagai pelopor metode keraguan dan skeptisisme.Salah satu karya besarnya berjudul Tahafut Al Falasifah atau The Incoherence of the Philosophers. Dia berusaha mengubah arah filsafat awal Islam, bergeser jauh dari metafisika Islam yang dipengaruhi oleh filsafat Yunani kuno dan Helenistik menuju filsafat Islam berdasarkan sebab-akibat yang ditetapkan oleh Allah SWT , sebuah teori yang kini dikenal sebagai occasionalism. Imam Al-Ghazali adalah seorang ulama, ahli pikir, ahli filsafat Islam yang terkemuka yang banyak memberi sumbangan bagi perkembangan kemajuan manusia.Ia pernah memegang jawatan sebagai Naib Kanselor di Madrasah Nizhamiyah, pusat pengajian tinggi di Baghdad.Akhir kehidupan beliau dihabiskan dengan kembali mempelajari hadits dan berkumpul dengan ahlinya.
Kehidupan
Ayah beliau adalah seorang pengrajin kain shuf (yang dibuat dari kulit domba) dan menjualnya di kota Thusi. Menjelang wafat dia mewasiatkan pemeliharaan kedua anaknya kepada temannya dari kalangan orang yang baik.Dia berpesan, “Sungguh saya menyesal tidak belajar khat (tulis menulis Arab) dan saya ingin memperbaiki apa yang telah saya alami pada kedua anak saya ini.Maka saya mohon engkau mengajarinya, dan harta yang saya tinggalkan boleh dihabiskan untuk keduanya.”
Setelah meninggal, maka temannya tersebut mengajari keduanya ilmu, hingga habislah harta peninggalan yang sedikit tersebut.Kemudian dia meminta maaf tidak dapat melanjutkan wasiat orang tuanya dengan harta benda yang dimilikinya.Dia berkata, “Ketahuilah oleh kalian berdua, saya telah membelanjakan untuk kalian dari harta kalian.Saya seorang fakir dan miskin yang tidak memiliki harta.Saya menganjurkan kalian berdua untuk masuk ke madrasah seolah-olah sebagai penuntut ilmu.Sehingga memperoleh makanan yang dapat membantu kalian berdua.”
Lalu keduanya melaksanakan anjuran tersebut.Inilah yang menjadi sebab kebahagiaan dan ketinggian mereka. Demikianlah diceritakan oleh Al Ghazali, hingga beliau berkata, “Kami menuntut ilmu bukan karena Allah ta’ala , akan tetapi ilmu enggan kecuali hanya karena Allah ta’ala.”(Dinukil dari Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/193-194).
Beliau pun bercerita, bahwa ayahnya seorang fakir yang shalih.Tidak memakan kecuali hasil pekerjaannya dari kerajinan membuat pakaian kulit.Beliau berkeliling mengujungi ahli fikih dan bermajelis dengan mereka, serta memberikan nafkah semampunya.Apabila mendengar perkataan mereka (ahli fikih), beliau menangis dan berdoa memohon diberi anak yang faqih.Apabila hadir di majelis ceramah nasihat, beliau menangis dan memohon kepada Allah ta’ala untuk diberikan anak yang ahli dalam ceramah nasihat.
Kiranya Allah mengabulkan kedua doa beliau tersebut. Imam Al Ghazali menjadi seorang yang faqih dan saudaranya (Ahmad) menjadi seorang yang ahli dalam memberi ceramah nasihat (Dinukil dari Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/194)
Latar Belakang Perpolitikan Semasa al-Ghazali
Sebelum al-Ghazali (450-505 H/1058-1111 M) lahir peta perpolitikan terpecah dalam beberapa faksi yang berakar dari perbedaan madzhab kalam.Dalam wilayah Daulah Abbasiyah (132-656 H) berkembang aliran Mur’jiah, Syiah dan Ahlussunnah.Kelompok besar yang berkonflik adalah Syiah dan Ahlussunnah.Di samping itu kekuasaan Daulah Umaiyah di Andalusia masih terdapat sisa-sisa yang terpecah-pecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Sedangkan di Mesir, berkuasa Daulah yang dipimpin kelompok Syiah Isma’iliyah.
Ketika kekuasaan Abbasiyah mengalami kemerosotan, dinasti Buwaihi (333-447) di bawah Mu’iz al-Daulah ibn Buwaihi memaksa menguasai kekuasaan Abbasiah.Dinasti Buwihi masuk perpolitikan Abbasiyah.Mereka mendirikan institusi Sultan, yang sebelumnya tidak ada dalam Abbasiyah.Institusi Sultan berhasil memperdayai Khalifah di tubuh Daulah Abbasiyah.Peran Khalifah seakan tidak berdaya, yang berkuasa penuh adalah Sultan – dari orang Buwaihi yang berpaham Syi’ah. Bahkan Khalifah Al-Fadal tidak memiliki kekuatan apapun, ia bahkan samapi dikurung oleh orang-orang Buwaihi. Khalifah pada masa itu seperti sekedar menjadi boneka orang-orang Buwaihi.
Akhirnya, kekhalifahan dikuasai oleh Dinasti Buwaihi selama 110 tahun.Di samping melakukan penyimpangan-penyimpangan ajaran Islam, yang juga memprihatinkan adalah kalangan pejabat pemerintah banyak melakukan korupsi.Di bawah penguasaan pejabat Buwaihi spiritual umat mengalamai kemerosotan.Di antara ulama juga banyak terjangkit penyakit-penyakit hati.
Bahkan Buwaihi bercita-cita mengubah kerajaan Abbasiah menjadi kerajaan Syi’ah Zaidiyah, bahkan salah seorang sultannya, Abu Kalijar mengungumkan bahwa Abbasiah berafiliasi ke Dinasti Fatimi Mesir yang berpaham Syi’ah Ismailiyah. Namun pada tahun 1055 dinasti Seljuk yang Sunni berhasil menguasai Baghdad.Dinasti Buwaihid pun menjadi lemah.Meskipun otoritas politik Daulah Saljuk dipegang oleh sulatan yang dilimpahkan kepada wazir bukan Khalifah, namun yang menjadi dinasti ini berjaya adalah perhatian sulatan dalam peningkatan keilmuan warganegara dan memperbaiki pemikiran umat Islam.Hal itu dibuktikan dengan mendirikan madrasah Nizamiyah yang salah satunya menyebarkan paham Sunni.Bahkan menurut al-Subki, Nizam al-Muluk mendirikan 9 madrasah selain madrasah Nizamiyah.
Dinasti Seljuk pun menguasai hampir seluruh negeri, meski di bebarapa wilayah Buwaihi memiliki kekuasaan.Di bawah Tughrul Beg, kekacauan masyarakat dan pejabat negera diakhiri dan mendirikan perubahan penting terutama dalam peningkatan pengetahuan masyarakat.Yang utama adalah mereka berjasa mendirikan perguruan Nizamiyah.Di perguruan Nizamiyah inilah karir keilmuan al-Ghazali memuncak, setelah dingkat Khalifah sebagai Guru Besar di perguruan Nizamiyah.
Kepedulian Sultan Saljuk terhadap ilmu ternyata membawa angin positif bagi masa depan perpolitikan Nizam al-Muluk. Beberapa kerajaan bergabung diantaranya, Gaznawi India, kerajaan di Sudan. Dan pada saat yang sama dengan sendirinya pengaruh Syiah merosot hingga ke negeri mesir. Hal inilah yang menyebabkan Dinasti Fatimi Mesir merosot drastis menuju keruntuhan.Fatimiyah diliputi krisis multidimensional, mulai ekonomi, politik, dan sosial.Masa ini merupakan era kejayaan Sunni dan kemerosotan Syiah.Di samping dinasti Fatimi, di selatan kerajaan Ismili Yaman yang berkuasa mulai tahun 438-569 H di bawah Bani Sulaihi pun juga menyusut.
Seluruh komunitas Sunni di hampir seluruh negeri menolak kehadiran syiah batiniyah, yang disamping menyimpang, mereka juga menunjukkan gerakan militan radikal.Atas dasar inilah Nizam Muluk melarang aliran batiniyah berkembang di wilayah negerinya.Di sini imam Ghazali memainkan peranannya sebagai ilmuan Islam.Ia menulis buku Fadaih al-Batiniyah yang mengkritik pemikiran syiah batiniyah.
Gerakan politik Syiah di Irak bukan berarti mati, ketika kerajaan-kerajaan Syi’ah mulai menyusut, militan syiah bergerak di bawah tanah.Pada tahun 1092 mereka bahkan tiba-tiba mulai tunjukkan kekuatan yang dipimpin oleh Hasan Ibn al-Sabbah.Bahkan secara mengjutkan, syiah batiniyah membantai Nizam Muluk.
Pasca wafatnya Nizam al-Muluk inilah kebesaran Abbasiah mulai turun pada tahun 485 H. Hal ini membawa dampak buruk bagi kehidupan perpolitikan dan keilmuan di negeri Irak.Kejatuhan khalifah berdampak pada kembalinya budaya korupsi di kalangan pejabat, munculnya ulama’ suu’ (jahat) dan pertikaian dengan kelompok sempalan.Situasi seperti ini yang menjadi tantangan besar bagi Imam al-Ghazali.Ia mempunyai dua tugas besar yang harus diemban, pertama, memperbaiki pemahaman ilmu masyarakat dan kedua ia memiliki kewajiban politik untuk mengingatkan pejabat, sebagaimana yang sudah ia lakukan pada pejabat-pejabat dinasti Saljuk.
Pengalaman-pengalaman dalam situasi sosial politik seperti tersebut di atas ditambah dengan corak keilmuan Imam al-Ghazali inilah yang membentuk karakter pemikiran al-Ghazali tentang politik Islam.Al-Ghazali telah menunjukkan sebagai ulama yang memiliki pemikiran cemerlang yang disegani dan diteriman oleh para pejabat negara serta para ulama lainnya.Corak pemikiran politiknya sangat benuansa etika dan adab politik. Pemikiran yang cukup menarik adalah dalam teorinya bagaimana cara menjalankan sebuah sistem kenegaraan yang mempertimbangkan moralitas untuk kemaslahatan bersama dengan pemimpin yang mempunyai integritas tinggi ditopang dengan kekuatan moral yang memenuhi beberapa kriteria yang al-Ghazali idealkan. Pemikiran seperti ini sangat relevan untuk dijadikan referensi bagi para pejabat saat ini.
Sifat Pribadi
Imam al-Ghazali mempunyai daya ingat yang kuat dan bijak berhujjah.Ia digelar Hujjatul Islam karena kemampuannya tersebut. Ia sangat dihormati di dua dunia Islam yaitu Saljuk dan Abbasiyah yang merupakan pusat kebesaran Islam. Ia berjaya menguasai pelbagai bidang ilmu pengetahuan. Imam al-Ghazali sangat mencintai ilmu pengetahuan.Ia juga sanggup meninggalkan segala kemewahan hidup untuk bermusafir dan mengembara serta meninggalkan kesenangan hidup demi mencari ilmu pengetahuan. Sebelum beliau memulai pengembaraan, beliau telah mempelajari karya ahli sufi ternama seperti al-Junaid Sabili dan Bayazid Busthami. Imam al-Ghazali telah mengembara selama 10 tahun.Ia telah mengunjungi tempat-tempat suci di daerah Islam yang luas seperti Mekkah, Madinah, Jerusalem, dan Mesir. Ia terkenal sebagai ahli filsafat Islam yang telah mengharumkan nama ulama di Eropa melalui hasil karyanya yang sangat bermutu tinggi. Sejak kecil lagi beliau telah dididik dengan akhlak yang mulia. Hal ini menyebabkan beliau benci kepada sifat riya, megah, sombong, takabur, dan sifat-sifat tercela yang lain. Ia sangat kuat beribadat, wara, zuhud, dan tidak gemar kepada kemewahan, kepalsuan, kemegahan dan mencari sesuatu untuk mendapat ridhaAllah SWT.
Pendidikan
Pada tingkat dasar, beliau mendapat pendidikan secara gratis dari beberapa orang guru karena kemiskinan keluarganya.Pendidikan yang diperoleh pada peringkat ini membolehkan beliau menguasai Bahasa Arab dan Parsi dengan fasih. Oleh sebab minatnya yang mendalam terhadap ilmu, beliau mula mempelajari ilmu ushuluddin, ilmu mantiq, usul fiqih,filsafat, dan mempelajari segala pendapat keeempat mazhab hingga mahir dalam bidang yang dibahas oleh mazhab-mazhab tersebut. Selepas itu, beliau melanjutkan pelajarannya dengan Ahmad ar-Razkani dalam bidang ilmu fiqih, Abu Nasr al-Ismail di Jarajan, dan Imam Harmaim di Naisabur.Oleh sebab Imam al-Ghazali memiliki ketinggian ilmu, beliau telah dilantik menjadi mahaguru di Madrasah Nizhamiah (sebuah universitas yang didirikan oleh perdana menteri) di Baghdad pada tahun 484 Hijrah. Kemudian beliau dilantik pula sebagai Naib Kanselor di sana. Ia telah mengembara ke beberapa tempat seperti Mekkah, Madinah, Mesir dan Jerusalem untuk berjumpa dengan ulama-ulama di sana untuk mendalami ilmu pengetahuannya yang ada. Dalam pengembaraan, beliau menulis kitab Ihya Ulumuddin yang memberi sumbangan besar kepada masyarakat dan pemikiran manusia dalam semua masalah.
Guru dan Panutan Imam Al Ghazali
Imam al Ghazali dalam perjalanan menuntut ilmunya mempunyai banyak guru, diantaranya guru-guru imam Al Ghazali sebagai berikut :
1. Abu Sahl Muhammad Ibn Abdullah Al Hafsi, beliau mengajar imam Al Ghozali dengan kitab shohih bukhori.
2. Abul Fath Al Hakimi At Thusi, beliau mengajar imam Al Ghozali dengan kitab sunan abi daud.
3. Abdullah Muhammad Bin Ahmad Al Khawari, beliau mengajar imam Ghazali dengan kitab maulid an nabi.
4. Abu Al Fatyan ‘Umar Al Ru’asi, beliau mengajar imam Al Ghazali dengan kitab shohih Bukhori dan shohih Muslim
 Dengan demikian guru-guru imam Al Ghazali tidak hanya mengajar dalam bidang tasawuf saja, akan tetapi beliau juga mempunyai guru-guru dalam bidang lainnya, bahkan kebanyakan guru-guru beliau dalam bidang hadist
Masa Akhir Kehidupannya
Akhir kehidupan beliau dihabiskan dengan kembali mempelajari hadits dan berkumpul dengan ahlinya.Berkata Imam Adz Dzahabi, “Pada akhir kehidupannya, beliau tekun menuntut ilmu hadits dan berkumpul dengan ahlinya serta menelaah shahihain (Shahih Bukhari dan Muslim).Seandainya beliau berumur panjang, niscaya dapat menguasai semuanya dalam waktu singkat.Beliau belum sempat meriwayatkan hadits dan tidak memiliki keturunan kecuali beberapa orang putri.”
Abul Faraj Ibnul Jauzi menyampaikan kisah meninggalnya beliau dalam kitab Ats Tsabat Indal Mamat, menukil cerita Ahmad (saudaranya); Pada subuh hari Senin, saudaraku Abu Hamid berwudhu dan shalat, lalu berkata, “Bawa kemari kain kafan saya.”Lalu beliau mengambil dan menciumnya serta meletakkannya di kedua matanya, dan berkata, “Saya patuh dan taat untuk menemui Malaikat Maut.”Kemudian beliau meluruskan kakinya dan menghadap kiblat.Beliau meninggal sebelum langit menguning (menjelang pagi hari).(Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala 6/34). Beliau wafat di kota Thusi, pada hari Senin tanggal 14 Jumada Akhir tahun 505 H dan dikuburkan di pekuburan Ath Thabaran (Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/201)

Karya Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali
Dalam bidang Fikih (al-fiqhi wa isulihi)
al-Ta ʿ Liqa (Komentar itu) [M: 1; A: 1]
al-Mankhul min ʿ ta liqat al-iṣul. [M: 2; A: 2; GAL. ada 52; K: 11936]
al-Basit (menjelaskan) [M: 3, A: 3, tidak GAL 48].
al-Wasit fi al-mathab (Media [mencerna] di sekolah [yurisprudensi] [M: 4; A: 4; GAL I, 424]
al-Wajiz fi al-Syafi'i ʿ fiqh al-imam i. [M: 5, 36; A:? 36, aku GAL, 424; K: 14191]
Khulaṣat mukhtaṣr wa al-ʿ taṣr naqawat al-mu (The Konektor ringkasan dan pulp diklarifikasi) [M: 6]
tahẓib Kitab al-Usul (Pemangkasan pada teori hukum)
Ghayat al-ghawr fi al-Dawar diryat (Pada pertanyaan tentang perceraian) [M: 15, 58]
al-Mustaṣfa min ʿ ilm al-Usul. (The diklarifikasi dari teori hukum). [M: 59; A: 63; GAL, S. I. 754,tidakada 51; K: 11936]
Asas al-qiyas (Yayasan [penalaran] analogi). [M: 67; A: 61]
Fatawy al-Ghazali (Putusan al-Ghazali)
Dalam bidang Sufisme & Etika (akhlaq wal al-taṣuwaf) :
al-ʿ amal Mizan, (Kriteria Aksi) [M: 21; A: 21]
Ihya ulum al-din (Kebangkitan Islam Pengetahuan) - [M: 28; A: 28; GAL, I, 422, S., I, 748]
al-Imala ʾ ʿ Ishkalat ala al-Ihya ʾ (Catatan pada s Ihya ʾ Questionables) [M: 61]
Bidayat al-hidayah (Awal Bimbingan). [M: 35; A: 35]
al-ʾ ʿ bin Ara fi al-din iṣul (Empat Puluh dasar-dasar agama) [M: 38, 95; A: 38; GAL, I, 421, no 1&S.,I,746]
Kimiya-kamu sa ʿ Adah (Alchemy of Happiness) [M: 45; A: 45] – Persia
Ayah al-wald al-Muhib (O 'Putra Terkasih) [M: 46; A: 46; GAL, I, 423; K: 6010] – Persia
Naṣiḥat al-Muluk (Konseling Kings). [M: 47; A: 47; GAL, saya, tidak 423 30 & S, I, 750] – Persia
Zad akhart (Penyisihan untuk akhirat) [M: 48] – Persia
min al-Munqidhal-Dalal (Penyelamat dari Error). [M: 56; A: 56]
Sir al-ʿ alamian wa Kashf ma fi al-ʾ darian (Rahasia dari dua dunia dan mengungkap apa yang dua tempat tinggal) [M: 60] Minhaj Abidin al-ʿ (Metodologi untuk hamba) [M: 64]
Dalam bidang Teologi(ʿ ilm al-Kalam wa al-din iṣul):
al-Mustaẓhiri atau Fada ʾ ih wa al-baṭiniyya Fada ʾ il al-mustaẓhiriyya (Infamies dari Batinies) [M: 22; A: 22; GAL, S., aku, 747, tidak 23a]
Ḥujat Al-Haq (Bukti Kebenaran) [M: 23]
fil-ʿ itiqad al-Iqtiṣad (Median dalam Kepercayaan). [M: 24; A: 25]
al-Risalah al-qudsia (The Surat Yerusalem). [M: 25; A: 26, 133]
Mufaṣil al-khilaf (Clarifer dari Ketidaksepakatan) [M: 31]
Qawaṣim awa al-baṭinyah jawab al-Masa ʾ il al-ʾ Arba ʿ al-Lati sa ʾ alaha al-baṭiniya bi-hamadhan (Backbreakers dari Esoterics-alias-Jawaban untuk Empat Pertanyaan bahwa Esoterics Menjawab pertanyaan di Hamadan) [M: 32]
al-Maqṣad al-Asna fi Sharah ʾ ʾ ʾ Allahu asma al-husna (Cara terbaik dalam menjelaskan Allah Nama Indah) [M: 33; A: 33; K: 7475, 12790]
Jawahir al-qur ʾ wa An duraruh (Perhiasan-perhiasan milik Qur ʾ An dan Mutiara perusahaan). [M: 37; A: 37; GAL, I, 421, no 1 & S., I, 746]
Fayaṣl al-tafriqa bayn al-Islam wa-l-zandaqa (The Kriteria Pembedaan antara Islam dan Bawah Tanah Ketidakpercayaan) [M: 43; A: 43; GAL, S., saya, tidak 747 13]
Mishkat al-anwar (The Niche of Light). [M: 52; A: 52, 257, 258, S. GAL, I, 751]
Iljam awamm al-ʿ ʿ sebuah ʿ ilm al-kalam (menangkal Misa dari Ilmu Teologi) [M: 63; A: 71; GAL. S: Saya, pp.746-747 ada 11 & 12; K: 1129]
Al-Hikmah illah makhluqat fi (Kebijaksanaan dalam Penciptaan Allah) [M: 74; A: 81; tidak GAL 43]
Qanun al-ta'wil (Metodologi Interpretasi) [M: 162, J: 162]
Dalam bidang Filsafat dan Logika (filsafat wal manṭiq):
al-Muntakhal fi al-jadal, (The memilih dalam Dialektika) [M: 7; A: 7; K: 13089]
Maqasid al-falasifah (Tujuan Filsuf) [M: 17; A: 16; GAL, I, 425, S., I, 755]
Tahafut al-filsuf (Ketaklurusan para filsuf). [M: 16; A: 17; GAL, I, 425, S., I, 754]
Mi yar ʿ ilm al-ʿ fan fi al-manṭiq (Kriteria Pengetahuan dalam Seni Logic) [M: 18; A: 18]
Miḥak al-Nazar fi al-manṭiq (Touchstone dari reasoning dalam Logic) [M: 20; A: 20]
al-Maḍnun bihi ʿ ghyar ala ahlihi (Di Soul) [M: 39; A: 39; K: 12214, 13243]
al-Qisṭas al-mustaqim (The Saldo yang benar) [M: 42; A: 42; GAL, S., aku, 749, tidak ada 28]
Ma ʿ ma arij al-qudus madarij fi ʿ rifat al-Nafs (Pendakian kepada Tuhan melalui jalan diri-pengetahuan) [M: 76; A: 76; GAL, saya, 426 tidak ada 64A & 64g, S., I, 751]
Dalam bidang Tasawuf :
Ihya Ulumuddin (Kebangkitan Ilmu-Ilmu Agama), merupakan karyanya yang terkenal
Kimiya as-Sa'adah (Kimia Kebahagiaan)
Misykah al-Anwar (The Niche of Lights)
Dalam bidang ushuluddin dan aqidah:
Arba’in Fi Ushuliddin.Merupakan juz kedua dari kitab beliau Jawahirul Qur’an.
Qawa’idul Aqa’id, yang beliau satukan dengan Ihya’ Ulumuddin pada jilid pertama.
Al Iqtishad Fil I’tiqad.
Tahafut Al Falasifah.
Faishal At Tafriqah Bainal Islam Wa Zanadiqah.
Dalam bidang Biologi dan Kedokteran
Dia telah menyumbangkan pemikiran dan jasa yang besar dalam bidang kedokteran modern dengan menemukan sinoatrial node (nodus sinuatrial) yaitu jaringan alat pacu jantung yang terletak di atrium kanan jantung dan juga generator ritme sinus.Bentuknya berupa sekelompok sel yang terdapat pada dinding atrium kanan, di dekat pintu masuk vena kava superior.Sel-sel ini diubah myocytes jantung.Meskipun mereka memiliki beberapa filamen kontraktil, mereka tidak kontraksi.Penemuan sinoatrial node oleh Al Ghazali ini terlihat dalam karya-karyanya yang berjudul Al-Munqidh min Al-Dhalal, Ihya Ulum Al Din, dan Kimia Al-Sa’adat.Bahkan penemuan sinoatrial node oleh Al Ghazali ini jauh sebelum penemuan yang dilakukan oleh seorang ahli anatomi dan antropologi dari Skotlandia, A. Keith dan seorang ahli fisiologi dari Inggris MW Flack pada tahun 1907.Sinoartrial node ini oleh Al Ghazali disebut sebagai titik hati.
Dalam menjelaskan hati sebagi pusat pengetahuan intuisi dengan segala rahasianya, Al Ghazali selalu merumuskan hati sebagai mata batin atau disebut juga inner eye dalam karyanya yang berjudulAl-Munqidh min Al-Dhalal yang diterjemahkn oleh C. Field menjadi Confession of Al Ghazali. Dia juga menyebut mata batin sebagai insting yang disebutnya sebagai cahaya Tuhan, mata hati, maupun anak-anak hati. Kalu titik hati Al Ghazali dibandingkan dengan sinoartrial node, maka akan terlihat bahwa titik hati sebenarnya mempunyai hubungan erat dengan sinoartrial node. Dia menyebutkan bahwa titik hati tersebut tidak dapat dilihat dengan alat-alat sensoris sebab titik tersebut mikroskopis.Para ahli kedokteran modern juga menyatakan sinoartrial node juga bersifat mikroskopis.
Al Ghazali menyebutkan titik hati tersebut secara simbolis sebagai cahaya seketika yang membagi-bagikan cahaya Tuhan dan elektrik.Menurut gagasan modern, dalam satu detik, sebuah impuls elektrik yang berasal dari sinoartrial node mengalir ke bawah lewat dua atria dalam sebuah gelombang setinggi 1/10 milivolt sehingga otot-otot atrial dapat melakukan kontraksi.
Pada era modern ini para ahli anatomi menyatakan pembentukan tindakan secara potensial berasal dari hati, yaitu kontraksi jantung yang merupakan gerakan spontan yang terjadi secara independen dalam suatu sistem syaraf.Dia juga menyatakan bahwa hati itu merdeka dari pengaruh otak dalam karyanya yang berjudul Al-Munqidh min Al-Dhalal.Para pemikir modern banyak yang mengatakan, suatu tindakan kadang terjadi melalui mekanisme yang tak seorang pun tahu mengenainya.Namun Al Ghazali mengatakan, tindakan yang terjadi melalui mekanisme yang tak diketahui tersebut sebenarnya disebabkan oleh sinoartrial node.Dia juga menyatakan penguasa misterius tubuh yang sebenarnya adalah titik hati tersebut, bukanlah otak.
Al Ghazali tidak hanya menggambarkan dimensi fisik sinoartrial node tetapi dia juga menggambarkan dimensi metafisik dari sinoartrial node.Hal ini jauh berbeda dengan pandangan para pemikir sekuler yang hanya mampu menggambarkan sinoartrial node secara fisik semata.Secara metafisik, Al Ghazali menggambarkan sinoartrial node sebagai pusat pengetahuan intuitif atau inspirasi ke-Tuhanan yang bisa berfungsi sebagi peralatan untuk menyampaikan pesan-pesan Tuhan kepada hambanya.Namun orang yang bisa memfungsikan sinoartrial node hanyalah orang yang telah mencapai penyucian diri sendiri atau orang yang sangat beriman kepada Allah SWT.
Selain menemukan sinoartrial node, Al Ghazali juga memberikan sumbangan lain dalam bidang kedokteran dan biologi. Catatan sejarah menyebutkan, tulisan-tulisan Al Ghazali diyakini menjadi pendorong bangkitnya kemauan untuk melakukan studi kedokteran pada abad pertengahan Islam, khususnya ilmu anatomi dan pembedahan.
Dalam karyanya The Revival of the Religious Sciences, dia menggolongkan pengobatan sebagai salah satu ilmu sekuler yang terpuji (mahmud) dan menggolongkan astrologi sebagai ilmu sekuler yang tercela (madhmutn). Sehingga dia sangat mendorong orang-orang untuk memepelajari ilmu pengobatan.Saat membahas tentang meditasi (Tafakkur), dia menjelaskan anatomi tubuh pada sejumlah halaman bukunya secara rinci untuk menjelaskan posisi yang cocok guna melakukan kontemplasi dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Al Ghazali juga membuat pernyataan yang kuat guna mendukung orang-orang untuk mempelajari ilmu anatomi dan pembedahan dalam karyanya yang berjudul The Deliverer from Error.Dia menyebutkan, naturalis (al-tabi’yun) adalah sekelompok orang yang terus-menerus mempelajari alam, keajaiban binatang dan tumbuhan.Mereka juga sering terlibat dalam ilmu anatomi maupun pembedahan (ilm at-tashriih) dari tubuh hewan. Melalui proses pembedahan itu mereka mampu merasakan keajaiban rancangan Allah SWT dan kebijaksanaan-Nya serta keajaiban-Nya. Dengan ini mereka dipaksa untuk mengakui Allah SWT merupakan Penguasa alam semesta dan siapapun bisa mengalami kematian.Tidak seorang pun dapat belajar anatomi maupun pembedahan dan keajaiban kegunaan dari bagian-bagian organ tubuh tanpa mengetahui kesempurnaan desain ciptaan Allah yang berhubungan dengan struktur (binyah) binatang maupun struktur manusia. Dengan demikian, Al Ghazali menganggap dengan mempelajari ilmu anatomi maka manusia akan sadar dengan kehebatan Allah SWT yang Maha Agung sehingga hal itu membuatnya lebih mendekatkan diri kepada sang Pencipta.
Dukungan kuat Al Ghazali untuk memajukan studi tentang anatomi dan pembedahan memberikan pengaruh yang kuat dalam kebangkitan ilmu anatomi dan pembedahan yang mulai dilakukan oleh pada dokter Muslim pada abad 12 dan 13. Sejumlah dokter sekaligus ilmuwan hebat Muslim yang mulai mendorong kebangkitan ilmu anatomi dan pembedahan pada masa itu antara lain Ibn Zuhr, Ibn al-Nafis, maupun Ibn Rusyd.
Pengaruh pemikiran Al Ghazali
Keberadaan Al Ghazali telah diakui oleh sejarawan sekuler seperti William Montgomery Watt yang menyebutnya sebagai Muslim terbesar setelah Muhammad.Selain kesuksesannya dalam mengubah arah filsafat Islam awal Neoplatonisme yang dikembangkan atas dasar filsafat Helenistik, Dia juga membawa Islam ortodoks ke dalam ilmu tasawuf.Al Ghazali juga sering disebut sebagai Pembuktian Islam, Hiasan keimanan, atau Pembaharu agama.Dalam buku berjudul Historiografi Islam Kontemporer disebutkan, seorang penulis bernama Al Subki dalam bukunya yang berjudul Thabaqat Al Shafiyya Al Kubra pernah menyatakan, “Seandainya ada lagi nabi setelah Nabi Muhammad, maka manusianya adalah Al Ghazali.”Hal ini menunjukkan tingginya ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan yang dimiliki Al Ghazali.
Pengaruh Al Ghazali baik dalam bidang agama maupun ilmu pengetahuan memang sangat besar.Karya-karya maupun tulisannya tak pernah berhenti dibicarakan hingga saat ini.Pengaruh pemikirannya tidak hanya mencakup wilayah di Timur Tengah tetapi juga negara-negara lain termasuk Indonesia dan negara barat lainnya.Para ahli filsafat barat lainnya seperti Rene Descartes, Clarke, Blaise Pascal, juga Spinoza juga mendapatkan banyak pengaruh dari pemikiran Al Ghazali.
Kebanyakan orang-orang mengenal pemikiran Al Ghazali hanya dalam bidang teologi, fiqih, maupun sufisme.Padahal dia merupakan seorang ilmuwan yang hebat dalam bidang ilmu biologi maupun kedokteran.
Agenda Membangun Peradaban
    Al Ghazali adalah tokoh yang patut kita contoh, beliau memiliki banyak karya yang sangat fenomenal.Al Ghazali adalah tokoh yang memiliki banyak ilmu pengetahuan tetapi sangat disayangkan dalam perjalanannya dalam menuntut ilmu beliau banyak terpengaruh ilmu-ilmu filsafat dan ilmu-ilmu kalam.Beliau pernah bercerita tentang dirinya bahwa “bekal pengetahuan saya tentang hadits sangat sedikit”. Ibnu Taimiyah dalam hal ini berkomentar Abu Hamid (Al Ghozali) kurang begitu pengalaman dengan atsar-atsar Rasulullah dan orang-orang salaf (para sahabat) sebagaimana orang-orang yang menguasai dalam masalah tersebut, yaitu orang-orang yang dapat membedakan sohih dan dhoifnya sebuah hadits. Oleh karena itu beliau banyak menyebutkan dalam kitab-kitabnya hadits-hadits yang lemah bahkan hadits yang dusta. Seandainya beliau mengetahui tentang ilmu hadits niscaya beliau tidak akan menyebutkannya.
Salah satu dari karya terbesar Al Ghozali adalah kitab Ihya Ulumiddin yang terkenal di kalangan masyarakat umum dan golongan teterntu. Ada sebagian kelompok mengambilnya kemudian mencela isinya secara mutlak dan sebagian yang lain mengambilnya kemudian memuji secara berlebihan. Kedua kelompok ini kurang adil dalam memberikan penilaian.Adapun sikap yang harus diambil adalah sikap Inshof (pertengahan) adalah menyebutkan kebaikan-kebaikannya disertai dengan menyebutkan kesalahannya.
Corak pemikiran politik yang dimiliki oleh al imam algazali  sangat benuansa etika dan adab politik. Pemikiran yang cukup menarik adalah dalam teorinya bagaimana cara menjalankan sebuah sistem kenegaraan yang mempertimbangkan moralitas untuk kemaslahatan bersama dengan pemimpin yang mempunyai integritas tinggi ditopang dengan kekuatan moral yang memenuhi beberapa kriteria yang al-Ghazali idealkan. Pemikiran seperti ini sangat relevan untuk dijadikan referensi bagi para pejabat saat ini.


Hal-hal yang bisa kita lakukan agar kita bisa seperti beliau dan bisa memajukan peradaban islam :
1.Hal yang pertama yang dapat kita lakukan  untuk memajukan islam yaitu dalam mencari ilmu kita harus seimbang, tidak hanya pengetahuan umum tetapi kita juga mempelajari ilmu agama. Seperti yang dialami oleh al ghazali, beliau memiliki banyak karya ilmu pengetahuan tetapi sayangnya beliau tidak terlalu mendalami al quran dan al hadist sehingga karya-karya tidak terlalu bepengaruh dalam islam.
2. Dalam melakukan sebuah tindakan kita harus mempunyai niat yang tinggi , kita harus bisa memegang teguh niat awal kita agar kita bisa selalu konsisten.
3. Kita harus bisa berani menanngung resiko,berani untuk mengungkapkan pendapat kita. meskipun pendapat yang kita sampaikan nanti  bisa menimbulkan pro dan kontra yang mengakibatkan kita banyak menerima kritikan dari orang lain. Terkadang jika kita mendapat kritikan dari orang lain kita menjadi turun percaya diri.
4. Dalam memajukan peradaban islam kita haru empunyai rasa ingin tahu yang tinggi, rasa ingin mengetahui sesuatu yang belum kita ketahui. Dengan sifat rasa ingin tahu ini kita bisa menemukan hal yang baru dan hal inilah yang bisa bermanfaat untu memajukan peradaban islam.
5. Sebagai orang muslim berpikirlah ke depan, selalu berpikir untuk sebuah kemajuan karena dengan kita berpikir seperti itu kita pasti akan selalu merasa untuk sealu menjadi yang terbaik.
6. Jangan mudah untuk menyerah. Meski kita mengalami kegagalan anggaplah itu adalah sebuah awal untuk bekal kita kedepan, menjadikan pengalaman buat kita.
7. Jika ingin islam maju maka muailah pada diri kita sendiri kemudian baru kita mengajak orang lain. semoga dengan usaha yang telah kita lakukan peradaban islam bisa berkembang dengan pesat.

















l

Tidak ada komentar:

Posting Komentar